Kalau lo lagi cari tempat yang bukan cuma indah buat dipandang tapi juga penuh pesan damai dan sejarah hidup, maka wisata toleransi di Masjid Cheng Hoo Surabaya adalah jawaban yang tepat. Di kota yang dikenal dinamis dan padat ini, berdiri masjid dengan desain unik—berwarna merah menyala, penuh ornamen naga, tapi tenang… ini bukan kelenteng. Ini adalah masjid!
Yup, Masjid Cheng Hoo adalah simbol nyata dari toleransi dan akulturasi budaya. Ia bukan cuma tempat ibadah, tapi juga ruang perjumpaan antara Islam dan budaya Tionghoa yang hidup rukun, berdampingan, dan saling memperkaya.
Siapa Itu Cheng Hoo? Tokoh Lintas Budaya
Nama masjid ini diambil dari Laksamana Cheng Hoo, seorang penjelajah muslim Tiongkok dari Dinasti Ming yang terkenal dengan armada lautnya. Ia datang ke Nusantara bukan buat menjajah, tapi berdagang, berdiplomasi, dan menyebarkan Islam dengan cara damai.
Nilai yang dibawa Cheng Hoo:
- Persahabatan antarbangsa.
- Toleransi beragama.
- Penyebaran Islam tanpa paksaan.
- Kolaborasi ekonomi dan budaya.
Masjid ini dibangun bukan cuma buat mengenang dia, tapi juga buat ngasih pesan kuat: perbedaan budaya dan agama bukan penghalang, tapi kekuatan.
Desain Arsitektur: Ketika Kelenteng Bertemu Masjid
Begitu lo masuk kawasan masjid, lo bakal kaget (dalam arti positif). Bangunannya bener-bener beda dari masjid pada umumnya:
- Dominasi warna merah dan hijau, khas budaya Tionghoa.
- Ornamen naga dan tulisan Cina di gapura.
- Atap berundak ala pagoda dengan kaligrafi Arab di bagian tengah.
- Pilar berbentuk segi delapan, melambangkan 8 jalan kebenaran.
- Ruang salat luas, sederhana, dan tetap menghadap kiblat.
Walau tampak seperti kelenteng dari luar, fungsinya tetap masjid sepenuhnya. Bahkan azan berkumandang 5 kali sehari, dan aktivitas keagamaan Islam rutin dilakukan di dalamnya.
Kegiatan Sosial & Dakwah Damai
Masjid Cheng Hoo bukan cuma cantik dari luar, tapi juga aktif banget dari segi sosial:
- Kelas mualaf dan pembinaan muslim Tionghoa.
- Kegiatan interfaith dialog dengan komunitas lintas agama.
- Bakti sosial, khitanan massal, dan santunan yatim piatu.
- Buka puasa bersama lintas etnis saat Ramadan.
- Perayaan Tahun Baru Imlek dengan nuansa Islam yang inklusif.
Tempat ini jadi titik temu yang penuh cinta, bukan cuma antarumat Islam, tapi juga dengan agama dan budaya lain yang hidup berdampingan di Surabaya.
Lokasi Strategis dan Akses Mudah
Masjid ini berlokasi di Jalan Gading, Ketabang, Surabaya Pusat, nggak jauh dari stasiun Gubeng dan area bisnis kota. Lokasinya strategis dan gampang dijangkau:
- Naik kendaraan umum? Bisa!
- Naik ojek online? Nggak susah.
- Jalan kaki dari pusat kota? Cuma 15–20 menit.
Banyak wisatawan domestik dan mancanegara mampir ke sini karena penasaran sama desainnya dan pengen ngerasain langsung harmoni antarbudaya.
Interaksi dan Wisata Budaya Terpandu
Kalau lo pengen pengalaman yang lebih mendalam, ikut wisata budaya terpandu di masjid ini bakal ngebuka mata lo:
- Pemandu lokal bakal jelasin filosofi arsitektur dan sejarah Cheng Hoo.
- Lo bisa masuk ke ruang serbaguna, ruang kelas, bahkan tempat wudhu yang bersih dan modern.
- Dapet cerita langsung dari mualaf keturunan Tionghoa soal perjalanan spiritual mereka.
Wisata ini bukan cuma buat Muslim, tapi terbuka untuk siapa aja yang tertarik dengan nilai damai, spiritualitas, dan budaya.
FAQ Seputar Wisata Toleransi di Masjid Cheng Hoo Surabaya
1. Apakah Masjid Cheng Hoo terbuka untuk umum?
Iya! Terbuka untuk siapa aja, Muslim maupun non-Muslim. Asalkan sopan dan menghargai suasana ibadah.
2. Apakah perlu izin buat foto-foto?
Di area luar boleh bebas. Untuk area dalam (ruang salat), minta izin dulu ke pengurus.
3. Apakah ada waktu terbaik buat berkunjung?
Pagi sampai sore hari ideal. Hari besar Islam dan Tahun Baru Imlek juga jadi momen spesial.
4. Apakah masjid ini hanya untuk etnis Tionghoa?
Sama sekali nggak. Masjid ini milik bersama, terbuka buat semua kalangan.
5. Apakah bisa ikut tur edukasi?
Bisa. Banyak sekolah dan komunitas yang datang untuk tur, tinggal booking dulu aja.
6. Apakah ada oleh-oleh atau suvenir?
Ada toko kecil yang jual buku, gantungan kunci, dan kerajinan lokal yang berbau tema Tionghoa-Islam.
Kesimpulan: Keindahan yang Lahir dari Perbedaan
Wisata toleransi di Masjid Cheng Hoo Surabaya bukan cuma soal jalan-jalan. Ini adalah pengalaman spiritual, budaya, dan sosial yang ngasih lo insight baru bahwa keberagaman itu indah banget. Masjid ini jadi contoh nyata gimana dua identitas—Tionghoa dan Islam—nggak harus saling menghapus, tapi justru bisa saling menguatkan.
Jadi, kapan lo terakhir ke tempat yang bukan cuma bagus buat difoto, tapi juga bikin hati tenang dan pikiran tercerahkan? Kalau belum pernah, Masjid Cheng Hoo adalah jawabannya.